Skip to main content

Bagaimana seharusnya seorang Kristen mengatasi keraguannya?



Keraguan dapat didefinisikan sebagai ketidakpastian terhadap Allah dalam relasi kita kepada-Nya. Ada banyak bentuk pertanyaan yang muncul, termasuk isu-isu faktual atau filosofis, jaminan keselamatan, penderitaan, atau doa yang tak terjawab. Tidak ada subjek yang lebih sering disalahpahami dari pada keraguan. Berbeda dengan pendapat pada umumnya, keraguan tidak selalu merupakan dosa. Tidak selalu juga keraguan merupakan musuh dari iman atau produk dari iman yang lemah. Keraguan dialami oleh banyak orang percaya di Alkitab seperti Abraham, Ayub, Daud, Yeremia, dan Yohanes Pembaptis. Dan hampir semua orang percaya, juga orang bukan percaya, terkadang mengalami keraguan. Meski terdengar agak aneh, keraguan sesungguhnya dapat menghasilkan sesuatu yang positif, dan banyak orang yang ragu-ragu merupakan orang-orang yang sangat cinta Tuhan.

Keraguan dapat dibagi menjadi tiga variasi umum. Keraguan faktual biasanya mengangkat isu-isu terkait dengan kebenaran iman Kristen. Keraguan emosional utamanya melibatkan suasana hati dan perasaan, yang terkadang diekspresikan melalui pertanyaan tentang jaminan akan keselamatan. Keraguan motivasional adalah sebuah kategori keraguan yang mencakupi iman yang lemah sampai hilangnya motivasi untuk mengikut Tuhan.

(1) Keraguan Faktual
Jawaban bagi keraguan faktual tentunya adalah fakta-fakta. Dengan kata lain, pertanyaan-pertanyaan mengenai Allah, Yesus, Kitab, atau kebangkitan dijawab melalui data yang ada. Tidak ada agama yang dapat mengklaim fondasi faktual sebagai dasar agama mereka seperti kekristenan. Kesalahan yang sering dibuat oleh orang-orang yang ragu secara faktual adalah mencampuradukkan isu-isu yang dapat diperdebatkan dalam kekristenan (misalnya, kedaulatan Allah dan kehendak bebas manusia, umur bumi, karunia roh, atau baptisan) dengan pertanyaan-pertanyaan terkait kebenaran iman Kristen.

Jika kita mengetahui kebenaran dari ketuhanan Yesus Kristus, kematian, dan kebangkitannya, maka kebenaran iman Kristen juga dapat berdiri teguh. Jika kebenaran-kebenaran sentral ini benar, maka doktrin-doktrin utama lainnya, yang sebagian di dalamnya masih diperdebatkan, akan mengikuti dengan sendirinya, oleh sebab dasar-dasar yang kokoh ini memuaskan pertanyaan-pertanyaan faktual kita yang paling esensial.

(2) Keraguan Emosional
Ini adalah tipe keraguan yang paling umum sekaligus yang paling menyakitkan. Seringkali orang yang mengalami ini akan secara berulang-ulang berpikir apakah dirinya sudah diselamatkan, sekalipun hidupnya menunjukkan tanda-tanda kasih yang jelas kepada Tuhan. Mereka biasanya berkata kepada dirinya sendiri bahwa apa yang menjadi hasrat tertinggi mereka terlalu mustahil untuk digapai, dan demikian besar pula rasa sakit yang dirasakan karenanya. Di sini isu utamanya bukanlah apa yang terkatakan, tetapi emosi yang ada dibalik apa yang terlihat. Maka, solusinya adalah untuk menangani emosi tersebut. Banyak bagian dalam Alkitab yang mendorong kita untuk menghadapi emosi kita yang tidak stabil.

Taktik yang utama adalah mengalihkan fokus kita dari kekuatiran kita kepada perspektif Allah yang kekal. Sebagai contoh, dalam Filipi 4:6-9, Paulus memberitahu kita untuk menggantikan semua kekuatiran kita dengan doa dan ucapan syukur. Sang rasul menjanjikan damai sejahtera bagi kita yang melakukan demikian. Lalu ia mendorong kita untuk mengubah pemikiran-pemikiran kita yang negatif menjadi kebenaran Allah yang positif dan mengikuti teladannya, sekali lagi menjanjikan adanya damai sejahtera sebagai hasilnya. Respons yang terbaik setiap kali keraguan itu muncul adalah membuang serta mengoreksi pikiran yang tidak benar dengan menyampaikan secara paksa kepada diri kita sendiri kebenaran Allah untuk menutupi kepercayaan yang keliru.

(3) Keraguan Motivasional
Tipe ini memiliki cakupan ketidakpastian yang cukup luas. Versi-versi yang lebih ekstrem biasanya dialami oleh orang-orang yang dulunya percaya tetapi tidak lagi peduli terhadap kekristenan.

Kemungkinan mereka tidak lagi terlihat berbeda hidupnya dengan orang-orang bukan percaya. Ini adalah tipe keraguan yang paling berbahaya, sebab orang dalam kondisi seperti ini sudah diambang pintu meninggalkan Tuhan. Bagaimana kita memotivasi seseorang yang tidak mau disemangati? Pastinya, para sahabat dan orang-orang terkasih terdekat harus terlibat untuk menjangkau mereka.

Sarana-sarana alkitabiah lainnya untuk menyulut api yang hampir padam juga dapat menolong di sini. Kemungkinan cara-cara yang paling sering dipakai dalam Alkitab adalah menyadarkan orang akan dosa mereka atau menegaskan mereka tentang kebenaran akan surga. Kita percaya bahwa manusia memiliki ketertarikan alami untuk memiliki kehidupan kekal. Pula, orang-orang percaya secara khusus memang merindukan surga. Banyak kali kita juga didorong untuk mengejar rumah surgawi kita, serta mengaplikasikan kebenaran-kebenarannya dalam kehidupan kita. Apalagi, Alkitab mengindikasikan bahwa apa yang kita kerjakan bagi Tuhan mempengaruhi kapasitas kenikmatan surgawi yang akan kita terima dalam kekekalan nantinya.

Kunci untuk menolong orang-orang yang ragu dan kehilangan motivasi seperti demikian adalah mengisi ulang baterai rohani mereka. Adakah hal yang lebih buruk dari kegagalan untuk percaya kepada Allah semesta alam dan tidak hidup dalam kerajaan-Nya? Sebaliknya juga, adakah hal yang lebih baik dari pada hidup bagi-Nya, serta hidup dalam kekekalan dengan-Nya bersama orang-orang tercinta kita? Kita perlu untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran ini kepada mereka yang ragu-ragu dengan mengandalkan kuasa Allah Roh Kudus.

Keraguan dapat menjadi sebuah perangsang yang positif untuk berubah dan bertumbuh. Namun demikian, pada waktu-waktu tertentu, dibutuhkan intervensi-intervensi tertentu guna mengarahkan mereka yang ragu-ragu. Semua anggota tubuh Kristus harus terus siaga dan sensitif, serta saling tolong menolong untuk tetap fokus kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.

Diringkas dari artikel Gary Habermas, “How Should A Christian Deal With Doubt?” dalam Apologetics Study Bible, 2012.

Repost:
· Apologetika Indonesia IG: @apologetikaindonesia

Popular posts from this blog

Injil Barnabas, "Yesus bukan Mesias" Injil palsukah itu?

Kebangkitan Yesus sebagai fondasi Apologetika Kristen