Skip to main content

Apa tugas Apologetika?


1. Membela

Pertama kali mendengar kata “membela” mungkin banyak orang mengerenyitkan dahi. Budaya di Indonesia tidak terlalu memberikan tempat untuk seseorang membela dirinya. Seringkali orang yang membela diri dianggap tidak ramah, bahkan maunya menang sendiri. Belum lagi membela agama. Untuk apa membela Allah? Hal ini tentu ada benarnya, tetapi perlu dicatat bahwa apologetika bukanlah membela diri, juga bukan membela Allah, namun membela pengertian kita tentang Allah.

Sanggupkah kita memahami Allah? Kontras kebesaran Allah dengan kemampuan akal budi manusia tentu menghasilkan kerendahan hati yang mendalam pada setiap upaya pemahaman kita. Saya percaya bahwa manusia, betapapun sulit, sanggup memahami Allah dan karakternya secara benar. Kekristenan percaya bahwa Allah bukan sepenuhnya misteri.  Ia adalah Allah yang telah merendahkan diri dan memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Penyataan Allah yang terbesar dan terakhir adalah Yesus Kristus itu sendiri, yang telah dicatat dan diuraikan dalam berbagai tulisan di Perjanjian Baru dan dinantikan sejak Perjanjian Lama. Apabila Allah telah memperkenalkan diri-Nya, maka pastilah manusia sanggup memahami-Nya dengan benar sampai batas tertentu. Karena itulah orang Kristen percaya betapapun kita tidak bisa memahami Allah sepenuhnya, tetap ada pemahaman tentang Allah yang bisa kita capai dengan benar.

Semenjak awal berdirinya kekristenan, gereja telah menerima berbagai tuduhan dan keberatan dari berbagai sisi. Tuduhan dan keberatan yang diterima pada masa lalu dan masa kini tidak selalu sama, meskipun bukan berarti sama sekali berbeda. Era ilmu pengetahuan seperti sekarang, misalnya, semakin mempersulit orang Kristen yang ingin percaya bahwa Tuhan adalah Pencipta dari segala alam semesta ini. Ada yang mengira orang Kristen menyembah tiga Allah (Bapa, Ibu, dan Anak). Yesus bukanlah Tuhan, melainkan nabi yang dipertuhankan, sebagai contoh lainnya. Pada intinya, ketika seseorang berupaya menjawab sebuah pertanyaan atau membela iman Kristen dari tuduhan dan kesalahpahaman, maka ia sedang berapologetika.

2. Mempersuasi

Manusia selalu berupaya mempersuasi orang lain untuk menyetujui cara pandang yang diajukannya, tidak terkecuali iman Kristen. Apologetika tidak puas hanya dengan memberikan jawaban yang menyenangkan bagi kalangan sendiri, namun hendak mempersuasi mereka yang berada di luar iman Kristen sekalipun. Misalnya, ketika orang Kristen ditanya mengapa mereka percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, maka mereka menjawab “Karena Alkitab mengatakannya demikian.” Banyak orang Kristen puas dengan jawaban ini.  Hanya saja mereka yang tidak mengakui kebenaran Alkitab dan bahkan meragukan keberadaan Tuhan tidak akan percaya dengan mudah.

Kita perlu membedakan antara validitas dan kekuatan persuasi dari sebuah argumentasi. Adalah valid (sah) untuk menggunakan Alkitab sebagai sumber untuk memahami Allah, tetapi hanya dengan menggunakan Alkitab biasanya tidak persuasif bagi mereka yang cenderung ragu dengan Alkitab. Tujuan apologetika bukanlah hanya menjabarkan argumentasi dan penjelasan yang sah saja. Lebih dari itu, apologetika berniat mempersuasi pendengarnya yang sering kali tidak berangkat dari asumsi dan latar belakang yang sama agar setuju dengan argumentasi dan kesimpulan yang disampaikan.

Mempersuasi tidak selalu berbentuk argumen abstrak. Ravi Zacharias dan C. S. Lewis telah menunjukkan bahwa apologetika bisa disampaikan dengan bernas dan apik. Tidak melulu argumen abstrak, tetapi juga kisah-kisah yang menggugah hati yang beku. Sesungguhnya kehidupan orang Kristen itu pun adalah sebuah apologetika yang kuat, dahsyat dan praktis, baik melalui perkataan atau perbuatan. Tidak ada praktisi apologetika yang menyangkal bahwa karakter Kristen dan tindakan kasih jauh terkadang lebih meyakinkan ketimbang ujaran-ujaran filosofis dan penjelasan rasional. Walau demikian, perkataan dan argumentasi yang ketat tidak boleh diabaikan, karena selalu akan ada orang-orang yang tidak teryakinkan oleh mereka yang kesaksian hidupnya baik sekalipun. Apabila ada satu saja domba seperti ini yang terhilang gereja tetap harus mengupayakan yang terbaik untuknya.

3. Menerjemahkan

Komunikasi adalah bagian penting dari apologetika. Banyak istilah-istilah orang Kristen yang terdengar asing bagi para pendengarnya. Bayangkanlah ketika seseorang bertemu dengan orang yang ingin tahu tentang kekristenan. Orang Kristen itu mengatakan, “Anda harus dilahirbarukan oleh Roh Kudus, mengaku percaya di hadapan sidang jemaat, serta mengikuti katekisasi dan pembaptisan sesuai peraturan sinode.” Saya sendiri sewaktu pertama kali menjadi orang Kristen bahkan tidak tahu apa arti kata “komisi” dan “kolportase!”

Bukan hanya menerjemahkan istilah-istilah gerejawi seperti itu. Konsep-konsep teologis iman Kristen pun membutuhkan penerjemahan.  Apa artinya bahwa hidup kita sudah dibenarkan di dalam Kristus? Bagaimana maksudnya Tuhan yang maha kasih sekaligus maha adil? Banyak tulisan, video, dan peragaan yang dibuat demi menjelaskan konsep-konsep ini dengan baik. Sesungguhnya Allah sendiri menggunakan gambaran, analogi, metafora, dan perumpamaan-perumpamaan demi menjelaskan maksud-Nya. Ia hendak berbicara dalam bahasa yang dimengerti oleh ciptaan-Nya. Sudah semestinyalah orang Kristen menerjemahkan pemahamannya tentang maksud Allah kepada sesamanya. Dan inilah salah satu fungsi apologetika yang tidak kalah penting adalah menyampaikan kembali pemahaman gereja tentang Allah di dalam konteks yang baru.

Apologetika merupakan upaya orang beriman untuk mempertanggungjawabkan imannya melalui membela, mempersuasi, dan menerjemahkan. Semua orang Kristen pasti berapologetika, entah ia sadar atau tidak, entah dengan baik atau buruk. Semoga tulisan ini bisa menolong kita mengapresiasi disiplin ilmu yang banyak disalahpahami ini, serta mendorong setiap kita yang rindu menjadi serupa Kristus untuk mempelajari apologetika lebih lanjut.

*Diadaptasi dan diringkas dari Vincent Tanzil, “Apa itu Apologetika?,” 

> Lihat juga Alister McGrath, “Apologetika Dasar,” terj. Literatur SAAT, 2017.

Repost:
· Apologetika Indonesia Instagram: @apologetikaindonesia

Popular posts from this blog

Injil Barnabas, "Yesus bukan Mesias" Injil palsukah itu?

Kebangkitan Yesus sebagai fondasi Apologetika Kristen