Skip to main content

Apa fungsi apologetika?

[Prakata: Artikel ini ditulis oleh William Lane Craig dalam konteks Barat. Namun demikian, kami percaya bahwa substansi dari artikel ini relevan untuk apologetika di semua tempat]

Sebagian orang meremehkan signifikansi dari apologetika sebagai sebuah disiplin ilmu. “Tidak ada orang yang datang kepada Kristus melalui argumen-argumen,” menurut mereka. “Orang tidak tertarik pada apa yang benar, tetapi pada apa yang bermanfaat untuk mereka. Mereka tidak menginginkan jawaban-jawaban intelektual; mereka hanya ingin melihat kekristenan dihidupi secara radikal.” Saya percaya bahwa sikap di balik klaim-klaim seperti ini picik dan keliru. Izinkan saya menjelaskan tiga fungsi vital dari pada disiplin apologetika di zaman ini:

(1) Membentuk Budaya
Mengapa hal ini penting? Tentu saja karena sudah sangat jelas bahwa Injil tidak pernah diberitakan dan diterima secara terpisah atau dari konteks budaya tertentu di mana seseorang hidup. Orang yang dibesarkan dalam budaya di mana kekristenan diterima sebagai pilihan yang layak dipertimbangkan akan dengan terbuka menerima Injil, tetapi mereka yang dalam lingkungan sekuler tidak akan mudah menerimanya.

Mungkin bagi mereka yang sekuler lebih mudah percaya kepada peri atau vampir dari pada Yesus Kristus! Atau, jika melihat contoh yang lebih nyata, hal itu sama seperti ketika kita didekati oleh para pengikut gerakan Hare Khrisna yang mengundang orang lain untuk percaya pada Khrisna. Mungkin hal ini akan terkesan sangat aneh, tidak normal, bahkan lucu untuk kita. Tetapi bagi mereka yang tinggal di kota Delhi, India, undangan semacam ini akan terlihat sangat masuk akal dan layak dipertimbangkan. Saya kuatir bahwa orang-orang Kristen injili akan terlihat sama anehnya bagi mereka di kota-kota seperti Bonn, Stockholm, atau Paris. Setelah hidup di Eropa selama 13 tahun dan melakukan penginjilan di kampus-kampus di berbagai negara, saya dapat bersaksi akan betapa keras dan sulitnya bagi Injil untuk mendapat perhatian, apalagi diterima (demikian pula di Amerika Serikat dan Kanada).

Karena itulah, orang-orang Kristen yang meremehkan nilai dari apologetika itu terlalu picik, sebab dampak dari apologetika lebih luas dari pada sekadar pertemuan seseorang dalam penginjilan pribadi. Tugas yang lebih besar dari apologetika Kristen adalah untuk membuat dan meneruskan sebuah budaya di mana Injil dapat lebih diterima sebagai pilihan intelektual yang layak.

(2) Menguatkan Orang Percaya
Tidak hanya apologetika penting untuk membentuk budaya, tetapi apologetika juga berperan penting dalam kehidupan pribadi seseorang yang sudah percaya Tuhan sekalipun. Ketika ibadah-ibadah Kristen kontemporer yang cenderung hanya menekankan kedekatan emosional kepada Tuhan—walaupun hal ini baik—apologetika dapat menyediakan sesuatu yang lebih bersifat objektif dan substantif ketika seseorang membutuhkan lebih dari sekadar perasaan.

Pada saat saya berbicara di berbagai gereja dan negara, saya sering berjumpa dengan para orang tua yang mengatakan kira-kira seperti ini, “Kalau saja Anda datang lebih cepat dua atau tiga tahun! Anak kami memiliki banyak pertanyaan tentang iman Kristen dan tidak ada di gerejanya yang mampu menjawab, dan sekarang ia kehilangan imannya dan jauh dari Tuhan.” Sungguh menyakitkan hati saya mendengar kisah-kisah semacam ini!

Hal-hal seperti inilah yang meyakinkan saya bahwa bukan hanya anak-anak muda saja, tetapi juga para orang tua harus mempelajari doktrin dan apologetika Kristen. Sayangnya, banyak gereja-gereja masa kini yang gagal mempersiapkan mereka dalam bidang apologetika. Padahal, kita membutuhkan lebih banyak hamba Tuhan yang terlatih dalam apologetika dan mampu menjangkau budaya sekitar guna melindungi jemaatnya dari ajaran-ajaran yang tidak benar.

Ketika banyak orang Kristen yang tidak menginjili karena mereka takut orang akan bertanya atau membantah pesan Injil dan mereka tidak bisa menjawabnya, pelatihan apologetika dapat menolong orang percaya dengan memberikan rasa percaya diri serta keberanian untuk bersaksi tanpa rasa takut, sebab mereka sendiri telah diyakinkan secara kokoh akan iman mereka.

(3) Menginjili Orang Bukan Percaya
Ketika ada orang yang mengatakan apologetika tidak relevan dalam penginjilan, sebenarnya konsep ini bertentangan dengan teladan para rasul yang melakukan pembelaan terhadap iman mereka dari kaum Yahudi dan Yunani (mis. Kis. 17:2–3, 17; 19:8; 18:24, 28; 28:23–24). Bahkan Yesus pula semasa pelayanannya mengkonfrontasi orang-orang Yahudi dan setelah Ia bangkit pula membuktikan kepada banyak orang bahwa Ia telah bangkit (Kis. 1:3)!

Saya curiga, orang-orang yang berpikir bahwa apologetika tidak berguna bagi penginjilan sesungguhnya jarang atau belum pernah menginjili. Mungkin dalam pengalaman mereka hanya sedikit orang yang teryakinkan dan langsung menyimpulkan bahwa apologetika tidak efektif. Sebenarnya kita harus hati-hati untuk tidak berharap terlalu banyak di mana akan ada banyak orang yang akan teryakinkan oleh argumen-argumen yang kita berikan, oleh karena Alkitab sendiri memperingatkan kita bahwa hanya sedikit yang akan memilih jalan yang sempit ini.

Namun, mengapa kita harus tetap mengupayakannya? Pertama, karena setiap jiwa berharga di mata Tuhan, sekalipun hanya sedikit dan kelompok minoritas yang dapat dimenangkan. Tetapi, kedua, bagaimana jika kelompok orang yang sedikit itu justru adalah mereka yang memberi dampak yang luas setelah itu? Bayangkan saja seorang C. S. Lewis, Lee Strobel, atau Ravi Zacharias bertobat, betapa besar pengaruhnya bagi dunia kekristenan! Banyak juga para insinyur, dokter, pengacara yang terberkati melalui pelayanan apologetika saya. Dan tentu saja, yang terakhir, sudah terlalu banyak orang yang bertobat karena apologetika dan menyaksikan kepada saya secara pribadi. Maka dari itu, mereka yang berkata apologetika tidak efektif dalam penginjilan pastilah berbicara dari pengalaman-pengalaman mereka yang sempit dan terbatas.

*Ringkasan dari buku William Lane Craig, Reasonable Faith, hal. 15-23.

Repost:
· Apologetika Indonesia IG: @apologetikaindonesia

Popular posts from this blog

Injil Barnabas, "Yesus bukan Mesias" Injil palsukah itu?

Kebangkitan Yesus sebagai fondasi Apologetika Kristen